Sabtu, 03 Desember 2011

LEGENDA


ASAL MULA TERJADINYA DESA GAYAMAN
Pada zaman dahulu, ada sepasang suami istri yang bernama Mbah Wedono Bajing dan Mbah Buret. Sepasang suami istri ini adalah perantau. Mereka berdua merantau untuk menyebarkan agama Islam. Ketika itu, mereka berdua sampai di suatu tempat. Mereka menemukan sekelompok masyarakat non muslim dan mereka pun memutuskan untuk menetap di daerah itu. Tetapi, alangkah herannya mereka karena melihat kehidupan masyarakat daerah itu yang sangat kacau, penuh pertikaian, dan tak jarang pula terjadi pembunuhan. Oleh karena itu, mereka berdua mulai menyebarkan agama Islam kepada masyarakat daerah itu. Karena mereka yakin, bahwa ajaran agama Islam akan membawa kedamaian dan kemakmuran bagi masyarakat.
Namun upaya penyebaran agama Islam tidaklah semudah yang mereka bayangkan. Mereka mendapat cacian, makian, dan bahkan diancam akan diusir dari daerah itu. Karena masyarakat daerah itu sangat percaya pada keyakinan yang mereka anut, sehingga masyarakat sangat sulit untuk menerima ajaran baru. Tetapi, sepasang suami istri ini tidaklah menyerah, satu persatu pengikut mereka semakin banyak. Dan lambat laun, masyarakat pun memahami nilai-nilai persaudaraan dari ajaran Islam yng disebarkan oleh Mbah Wedono Bajing dan Mbah Buret. Oleh karena jasanya, masyarakat mengangkat Mbah Wedono Bajing dan Mbah Buret sebagai pemimpin di daerah itu.
Kepemimpinan Mbah Wedono Bajing dan Mbah Buret membuat kehidupan masyarakat di daerah itu semakin tentram, damai, dan “ayem”. Pada saat itu, di daerah tersebut juga banyak terdapat pohon Gayam yaitu sejenis pohon berkayu sangat keras yang bisa hidup bertahun-tahun. Buahnya keras dan terlindung oleh semacam sabut seperti sabut kelapa dan ukuran buahnya sebesar kepalan tangan anak kecil, serta bentuknya agak pipih. Bentuk buahnya seperti hati manusia dan rasanya seperti kacang. Pohon ini juga bisa hidup pada musim apapun dan pada tempat kurang air ataupun banyak air.
Sejak saat itulah, Mbah Wedono Bajing dan Mbah Buret beserta masyarakatnya menamai daerah itu “Gayaman” yang berasal dari kata “ayem” yang artinya tentram karena masyarakatnya hidup tentram dan kata “gayam” karena banyak terdapat pohon Gayam. Dengan harapan masyarakatnya akan hidup tentram dan memiliki filosofi seperti pohon Gayam. Saat ini pemakaman Mbah Wedono Bajing dan Mbah Buret terletak di tengah kebun jati di perbatasan antara desa Gayaman dengan desa Gebangmalang. Tetapi saat ini pohon Gayam di desa ini jumlahnya semakin berkurang, karena banyak lahan yang digunakan untuk rumah penduduk.    

1 komentar: